Strategi Menghadapi Anak yang Sulit Makan
oleh : Yustisi Maharani, M. Psi.,Psi
Editor : dr. Zuhrah Taufiqa, M. Biomed
Memberi makan kepada anak-anak dan balita terkadang memang menyulitkan. Anak tidak selalu menyukai apa yang diberikan oleh orangtua. Mereka cenderung lebih menyukai makanan ringan, berupa makanan yang manis (seperti permen, biskuit), junk food (makanan siap saji seperti burger, fried chicken, french fries), dan makanan ringan/ snack buatan pabrik dibandingkan makanan utama yang berupa nasi dan lauk pauknya.
Dalam menghadapi situasi tersebut, orangtua biasanya menggunakan berbagai cara untuk membuat agar anaknya mau makan, bahkan seringkali sampai memaksa anak, apalagi orangtua dari anak-anak yang bertubuh mungil. Orangtua mungkin beranggapan bahwa tubuh mungilnya itu terbentuk karena anaknya kurang makan dan kurang gizi.
Mengapa Anak Menolak Makan?
Usia 0-3 tahun perkembangan fisik dan otak anak berlangsung paling pesat, oleh karena itu tubuh membutuhkan nutrisi yang beragam, sehingga biasanya anak memiliki nafsu makan yang baik. Setelah usia 3 tahun, perkembangan tubuh tidak lagi sepesat sebelumnya, kebutuhan tubuh akan makanan menurun dan biasanya diikuti nafsu makan anak yang juga menurun. Oleh karena itu dibutuhkan kreativitas dari orangtua agar anak jangan sampai kekurangan gizi akibat tidak mau makan.
Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab anak tidak mau makan:
- Memakan cemilan diantara jam makan à akibatnya tubuh masih berkecukupan dengan nutrisi yang berasal dari cemilan tersebut sehingga anak tidak merasa
- Perkembangan ego sang anak à anak menolak makan sebagai manifestasi dari perkembangan sikap mandiri. Anak merasa sebagai individu yang terpisah dari orangtua, sehingga menolak bentuk dominasi
- Anak ingin mencoba kemampuan yang baru dimilikinya à mencoba makan sendiri tetapi orangtua melarangnya melakukan hal tersebu
- Menu tidak bervariasi à anak merasa bosan dengan makanan atau bentuk makanan tidak
- Anak sedang merasa tidak bahagia, sedih, depresi atau merasa tidak aman/ nyaman.
- Anak sedang sakit
Bentuk penolakan yang dilakukan anak dapat berupa:
- Memuntahkan makanan
- Makan berlama-lama dan memainkan makanan
Pada tahapan usia 9 bulan – 2,5 tahun memang masih merupakan suatu hal yang wajar jika anak makan berlama-lama karena ia belum mengenal konsep waktu. Namun jika anak telah berumur lebih dari usia tersebut, maka hal tersebut dianggap tidak wajar/ normal, dan lebih merupakan usaha anak untuk menarik perhatian dan menentang dominasi orangtua.
- Sama sekali tidak mau makan
- Menumpahkan makanan
- Menepis suapan dari orangtua
https://www.klinikmylovelychild.com/berita/stop-pickey-eater-hari-gizi-nasional-25-januari-2018.post
Tindakan Keliru yang Seringkali Dilakukan Orangtua:
- Membujuk. Misalnya dengan kata-kata: “makan sayur bayamnya ya, biar kuat seperti popeye“, “kalau makannya habis nanti mama bilang sama papa kalau anak mama dan papa pintar loh”.
- Mengalihkan perhatian, misalnya: anak disuapi makan sambil menonton film atau sambil bermain-main
- Memberi janji, misalnya: “kalau makannya habis, nanti mama belikan ice cream“; Mengancam, misalnya: kalau makannya tidak habis, nanti kalau ke dokter disuntik loh”; Memaksa, misalnya anak dipaksa membuka mulut lalu dijejali
- Menghukum, misalnya anak yang tidak mau makan langsung dipukul atau diperintahkan masuk kamar
- Membolehkan anak untuk memilih menu makanan yang diinginkannya. Dalam hal ini orangtua biasanya akan langsung mengganti menu jika anak mengatakan bahwa ia tidak menyukai menu yang dihidangk
Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan Orangtua:
- Jangan memaksa anak untuk makan apapun alasannya, karena akan menimbulkan trauma pada anak. Anak akan berfikir bahwa makan adalah kegiatan yang menakutkan/ mengerikan.
- Kurangi cemilan atau tidak perlu memberikan cemilan sama sekali di antara jam
- Menghidangkan menu yang bervariasi. Orangtua harus jeli dan pintar untuk memberikan menu yang bervariasi kepada anak.
- Mempercantik tampilan makanan.
- Saat anak sedang merasa sedih, cobalah untuk terlebih dahulu membuat perasaan anak lebih baik dengan menunjukkan kasih sayang dan mencoba mengerti penyebab mengapa anak merasa sedih.
- Biarkan anak makan sendiri. Anak akan merasa mampu, dipercaya oleh orangtua, semakin mandiri dan kemampuan motoriknya juga akan terlatih dan berkembang
- Jangan memburu-buru anak agar makan dengan cepat. Anak yang makannya berlama-lama, tidak perlu diburu-buru. Jika semua sudah selesai makan, meja sudah dibersihkan dan anak masih bermain dengan makanannya, maka sebaiknya makanannya disingkirkan. Anak mungkin akan merasa Jika hal ini terjadi maka orangtua tidak perlu berdebat ataupun memarahi anak, cukup berikan perpanjangan waktu yang cukup. Jika perpanjangan waktu sudah selesai maka makanan benar-benar ditarik dan tidak diberikan perpanjangan waktu lagi. Dengan demikian anak akan mengerti ada waktu untuk makan.
- Tidak perlu selalu mengikuti keinginan anak dengan mengganti menu sesuai keinginannya, karena mungkin saja penolakan disebabkan karena keinginan anak menentang dominasi orang Sebaiknya tanamkan kesadaran pada anak bahwa makan adalah tugasnya.
- Jika anak tidak mau makan dan si anak berada dalam keadaan sehat, tidak apa-apa, singkirkan saja makanan dari meja makan, dan anak tidak perlu diberikan cemilan apapun di antara waktu makan Dengan demikian, ketika tiba waktu makan selanjutnya anak akan merasa lapar dan anak pasti akan makan apapun yang dihidangkan.
- Tidak perlu memberikan porsi yang banyak kepada anak, sehingga sulit dihabiskan. Lebih baik memberikan porsi yang sedang, jika anak merasa kurang, ia boleh minta tam
- Berikan makanan secara bertahap sesuai jenis dan kandungan gizi satu persatu, mulai dari yang mengandung banyak zat besi dan protein (misalnya daging), sampai yang terakhir misalnya puding sebagai penutup mulut. Jika anak merasa sudah kenyang sebelum sampai pada makanan tahap berikutnya, orangtua tidak perlu lagi memaksa anak untuk
https://www.klinikmylovelychild.com/event/private-class-makanan-pendamping-asi-bersama-dr-zuhrah-taufiqa-m-biomed.post
Catatan bagi orangtua:
- Reaksi orangtua akan menentukan arah dan proses pembelajaran anak terhadap berbagai hal sampai mereka menemukan kesadaran dan tanggungjawab secara internal.
- Jika reaksi orangtua menguatkan perilaku sulit makan, maka yang terjadi kemudian adalah anak menjadi sulit maka Sebaliknya jika reaksi orangtua menguatkan perilaku mudah makan, maka anak mudah makan.
- Tidak mudah bagi orangtua untuk selalu merespon perilaku anak secara tepat.
Leave A Comment