Seputar “Pickey Eater” bersama dr. Zuhrah Taufiqa, M. Biomed (Klinik My Lovely Child)
Published on “Mother & Baby” Magazine, January 2018 Ed
“Pickey Eater” oleh : dr. Zuhrah Taufiqa, M. Biomed (@drfiqa_mpasi) Manager & Konsultan Gizi-MP ASI Klinik Tumbuh Kembang Anak “My Lovely Child” ; Penulis Buku “ Diary Pintar Bunda Menyusui dan MP ASI” ; Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang ; Host Acara “Ayo Hidup Sehat” di TVRI Sumatera Barat
Pickey Eater merupakan suatu istilah untuk anak yang sulit makan. Biasanya ditandai dengan kecenderungan terhadap makanan tertentu dengan rasa dan tekstur tertentu sehingga, tidak mau atau menolak makanan lain.
Dalam fase perkembangan anak sekitar usia 1-3 tahun, anak bisa saja menolak makanan baru yang diberikan (neofobia). Hal ini merupakan mekanisme pertahanan tubuh anak dalam menghindari bahan makanan baru yang mungkin saja beracun. Namun, apabila jika perilaku penolakan terhadap makanan ini berlangsung terus menerus maka, bisa memicu terjadinya pickey eater.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya Pickey Eater pada anak :
- Adanya penyakit tertentu
Penyakit tertentu seperti infeksi (TBC, cacingan) bisa memicu penurunan atau kehilangan nafsu makan pada anak sehingga anak sulit makan atau menolak makanan. Alergi makanan juga bisa membuat anak menjadi pilih-pilih makanan.
- Faktor psikologis anak
Perasaan bahagia, sedih atau tidak nyaman pada anak juga bisa memicu kesulitan makan pada anak yang berkahir dengan penolakan terhadap makanan tertentu atau sebaliknya, kecenderungan terhadap makanan tertentu.
- “Role Model”
Children see, children do. Kebiasaan makan pada orang tua berpengaruh besar terhadap perilaku makan anak. apabila orang tua tidak suka ikan atau sayur, maka anak pun berkemungkinan besar akan menjadi seperti itu.
- Interaksi Ibu – Anak dalam praktek pemberian makan pada anak
Praktek pemberian makan yang salah oleh orang tua berupa kurangnya pengenalan variasi makanan pada anak terutama saat masa pemberian Makanan Pendamping ASI akan menjadikan anak Pickey Eater. Tingkat kesabaran, serta terjalinnya komunikasi yang positif seperti kontak mata, pujian, sentuhan ibu pada anak atau sebaliknya, adanya interaksi negatif berupa pemaksaan makan, atau ancaman terhadap anak dalam praktek pemberian makanan pada anak juga turut mempengaruhi kecenderungan anak untuk menjadi Pickey Eater
Agar tumbuh dan berkembang dengan optimal maka, seorang anak harus memperoleh asupan gizi secara tepat dan seimbang melalui asupan makan sehari-hari yang mengandung karbohidrat, protein, lemak serta vitamin dan mineral. Pickey Eater pada anak secara ekstrem dapat mengakibatkan anak mengalami kekurangan makro dan mikronutrien sehingga anak mengalami masalah gizi (malnutrisi) yang pada akhirnya berdampak terhadap tumbuh kembang anak. Anak dengan kekurangan zat-zat gizi bisa memicu pertumbuhan fisik kurus dan pendek (stunting) serta gangguan perkembangan otak dan kecerdasan. 1000 hari pertama kehidupan merupakan periode emas tumbuh kembang anak. Bahkan pertumbuhan otak mencapai 90% pada saat anak berusia 3 tahun. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi jika dalam usia ini anak pickey eater.
Lalu, bagaimana mencegah atau pun menyiasati anak yang Pickey Eater ?
- Terapkan kebiasaan baik “makanan bervariasi dan bergizi seimbang”
Karena kebiasaan akan membentuk perilaku, maka membiasakan mengonsumsi bahan pangan yang bervariasi dan bergizi seimbang tentunya akan memupuk kebiasaan positif bagi anak dalam asupan makanan. Lengkapi menu harian anak dengan seluruh komponen zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam setiap menu utamanya. Siapkan berbagai variasi bahan makanan di rumah dari golongan gizi yang sama. Misalnya ada nasi, kentang atau ubi sebagai sumber karbo, saat anak menolak nasi, dan sudah diupayakan pemberiannya mungkin nasi bisa dikombinasi atau diganti dengan kentang atau ubi.
- Buatlah jadwal makan yang teratur antara menu utama dan cemilan
Jadwal makan yang teratur akan membantu menciptakan sensasi lapar dan kenyang anak menjadi lebih baik dan teratur. Berikan menu utama pada jadwal makan utama bukan pada cemilan. Begitu juga sebaliknya, disiplin dan konsisten dalam penerapan jadwal pemberian makan ini menjadi kunci sukses dalam mempertahan kan nafsu makan anak bahkan dalam keadaan sakit sekali pun.
- Apabila anak menolak saat dikenalkan dengan makanan baru maka bersabar dan jangan menyerah. Sebaliknya, paparkan makanan tersebut pada anak sebanyak 10-20 kali
- Sajikan makanan dalam bentuk yang menarik
Hal ini bisa dilakukan dengan menyajikan makanan anak dengan bentuk mobil, beruang yang lucu, dll. Bahkan, libatkan anak untuk makan sendiri.
- Ciptakan “one bite dish”
Mungkin ada sebagian anak yang lebih suka makan dalam porsi kecil namun sering. Sehingga orang tua perlu memikirkan suatu makanan dengan kandungan gizi lengkap namun dalam porsi kecil. Ibaratnya, dalam ‘sebuah gigitan’ saja makanan tersebut sudah mengandung berbagai variasi zat gizi. Misalnya saja, nugget tahu yang didalamnya sudah ada campuran tahu (protein nabati), daging/ikan/ayam giling (protein hewani), parutan kentang (karbohidrat), wortel (sayur sebagai sumber vitamin dan mineral) serta telur sebagai perekat adonan (protein hewani), dsb.
- Ajak anak tertarik terhadap makanannya melalui cerita atau edukasi.
Ceritakan pada anak tentang tokoh cerita yang digemarinya. Misalnya, anak yang suka dengan tokoh spiderman yang kuat karena setiap hari makan makanan yang bergizi. Melalui tokoh dinosaurus pemakan tumbuhan seperti Apatosaurus, anak mungkin bisa diajak menyukai sayuran. Atau T-rex dengan giginya yang tajam dan badannya yang kuat adalah sosok pemakan daging sehingga anak pun bisa distimulasi makan daging agar menjadi kuat. Anak juga bisa diceritakan manfaat yang bisa diperolehnya dengan mengonsumsi suatu makanan seperti wortel yang dikonsumsi kelinci bisa menjadikan penglihatan kelinci tajam.
- Buatlah kelompok bermain atau “cooking class”
Kelompok bermain atau sebaya anak bisa dijadikan sebagai media untuk menularkan kebiasaan makan yang baik pada anak. sesekali cobalah mengadakan ‘cooking class’ sederhana seperti membuat sandwich sehat, menghias telur dadar atau membuat sate buah dll. melibatkan anak dalam proses persiapan makanan bisa menstimulasi selera makan anak. apalagi ketika dia menikmati sendiri makanan hasil karyanya sendiri tentu akan menimbulkan kebanggaan tertentu. Adanya kelompok bermain anak ini tentunya bisa memaparkan anak terhadap makanan tertentu yang mungkin saja jarang ditemuinya atau bahkan tidak disukainya. Dengan melihat anak lain yang ternyata menyukai bahan makanan tersebut, tentu akan memancing rasa ingin tahu anak sehingga anak akan terdorong untuk mencoba dan mengonsumsi makanan tersebut.
- Tingkatkan “bonding” orang tua terutama ibu dan anak
Orang tua harus memiliki mental yang ‘tangguh’ dalam praktek pemberian makan pada anak. kesabaran dan kreatifitas adalah hal yang mutlak dimiliki orang tua terutama ibu dalam mengupayakan asupan makanan bergizi seimbang pada anak. ketegasan dalam menanamkan kesadaran akan pentingnya mengonsumsi zat gizi yang baik pada anak bisa dilakukan dengan tidak begitu saja mengganti menu saat anak menolak suatu makanan yang tidak sesuai dengan keinginannya. Hindari memarahi, mengancam atau menghukum anak saat tidak menghabiskan makanannya. Sebaliknya, puji anak saat tertarik dan mau mengonsumsi makanan yang dihidangkan.
Ayo simak info dan tips untuk menghindari Pickey Eater pada anak di Majalah Mother & Baby edisi Januari 2018 ini y Moms
https://www.klinikmylovelychild.com/event/private-class-makanan-pendamping-asi-bersama-dr-zuhrah-taufiqa-m-biomed.post
https://www.klinikmylovelychild.com/berita/anak-susah-makan-dari-tinjauan-psikologis.post
Leave A Comment