Mempunyai anak adalah anugerah yang diberikan oleh sang Maha Pencipta. Dan kehadiran buah hatilah yang paling ditunggu-tunggu oleh pasangan yang sudah menikah. Lantas setelah melahirkan akan ada saja perkataan-perkataan orang mengenai anak kita. “kok anaknya kurus sekali?, seharusnya begini lo!” dan seterusnya. Lalu kita selaku orang tua apa yang harus dilakukan?. Berikut sharing pengalaman beserta tips dalam mendengar perkataan orang lain.
Cerita MPASI Ubaydullah “Baper, sebuah dilema karena katanya, seharusnya dan maunya”
Oleh : Brinanti Sandwika Jalius, S.T., M.M.
Memiliki buah hati adalah impian setiap insan manusia di muka bumi ini. Kehadiran buah hati menjadi hal yang paling ditunggu – tunggu oleh setiap pasangan yang telah menikah (berikut dengan keluarga besar dan handai taulan pasangan tersebut). Garisan takdir menjadikan perjalanan setiap suami istri berbeda – beda, ada yang ga pake lama langsung dua garis, ada yang harus diuji kesabarannya bertahun – tahun, bahkan ada yang masih terus berjuang. Tak jarang, komentar maupun pertanyaan dari orang lain terkadang bisa menjadi duri dalam daging, kadang ga kelihatan tapi perih euy. Tapi sungguh, ini semua adalah kuasa Ilahi, tugas kita manusia harus selalu semangat, berdoa dan berusaha.
Berbahagialah para orang tua yang telah diberikan amanah, memperoleh keturunan yang akan menjadi penerus untuk menciptakan generasi yang lebih baik. Lalu apakah komentar dan pertanyaan orang lain akan berakhir? Oh, tentu tidak Ferguso… Akan ada puluhan bahkan ratusan atau ribuan pertanyaan, komentar dan judgement lanjutan. Salah satunya dalam hal pertumbuhan dan perkembangan anak, “kok anakmu kurus sekali?”, “Kok langsung dikasih seafood?”, “Dulu begini lho..”, “Makanan anakmu kok Cuma itu – itu aja?”, “ Oh, ASI mu kurang itu”, “Kamu kok begitu?”, “Makanya anakmu jadi begini”, dll.
Nah hal – hal seperti ini yang rawan bikin para ibu jadi Baper, jadi ruwet sendiri karena terlalu banyak mendengar “katanya”, jadi pusing sendiri mikirin bagaimana “seharusnya” dan jadi galau “maunya” apa ya. Ibu – ibu tersayang, yuk mari kita jangan baper-an. Kita tanamkan dalam diri kita bahwa apa yang terjadi pada diri kita adalah yang hal yang terbaik, dan apapun ujian yang muncul, itu semua karena kita mampu menghadapinya.
Memberikan yang terbaik dalam hidup ini dalah suatu keharusan, kenapa? Supaya tidak ada penyesalan dikemudian hari. Begitu juga dengan memberikan gizi yang terbaik untuk anak. Hal itu bukan cuma kewajiban kita sebagai orang tua, melainkan kesempatan emas karena periode emas tumbuh kembang anak berlangsung sangat singkat hanya di 1000 hari pertama kehidupannya. Jangan sampai terlalu banyak berfikir, terlalu banyak baper sehingga kesempatan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak jadi terbuang sia – sia.
Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan kesempatan ini, antara lain dengan terus meng-upgrade pengetahuan, perbanyak membaca, cari sumber referensi terbaik, apakah dari ahlinya maupun pihak – pihak yang lebih dahulu memiliki perpengalaman. Bertemanlah dengan orang – orang yang membawa aura positif, bergabunglah dengan komunitas yang dapat memberikan motivasi untuk menjadi lebih baik. Buat time planner dalam beberapa waktu kedapan hal apa yang harus dipelajari dan dipahami, buat target kedepan apa yang harus dicapai.
Persiapan untuk memberikan gizi yang terbaik bukan di mulai saat sudah tau ibu hamil, apalagi saat anak sudah lahir, telat euy… karena masa 1000 harinya di mulai sejak awal kehamilan, bahkan sejak kita belum menyadari kehadiran si buah hati. Maka persiapan pernikahan bukan cari gedung, undangan, katering, dll, dan bukan hanya belajar bagaimana menjadi istri yang baik tapi juga belajar bagaimana menjadi ibu yang baik.
“Waduh, udah telah iniih.. anak saya terlanjur begini, begitu, bla bla bla”.. tenang bu, ga ada kata terlambat selama kapal masih berlayar.. hehehe.. lebih baik terlambat dari pada tidak mau berubah sama sekali kan ya. Selama kita tidak menyerah dan mau berusaha, InsyaAllah selalu ada jalanNya.
Usahakan untuk selalu mempelajari hal baru dan tidak skeptis terhadap sebuah informasi, perbanyak diskusi dan sharing. Jangan telan mentah – mentah segala informasi yang diterima, lakukan cross check dan cari rujukan terpercaya yang bisa dijadikan referensi. Dalam berinteraksi, kadang ada saja komen negatif maupun diskusi yang mungkin kurang sehat. Untuk mengadapi ini, tidak perlu terlalu dimasukkan dalam hati, apalagi sampe baper. Jika dirasa manfaat yang diperoleh jauh lebih rendah dibanding manfaat yang diperoleh, tidak usah sungkan mohon izi mengakhiri sebuah percakapan atau diskusi, dari pada larut dalam hal – hal yang unfaedah.
Lebih baik kita fokus untuk memberikakan yang terbaik untuk anak, memberikan gizi yang lengkap dan seimbang untuk tumbuh kembang yang optimal. Kalau bukan kita, siapa lagi? Ingat, bahwa buah hati adalah amanah Tuhan Yang Maha Kuasa dan akan kita pertanggungjawabkan di akhirat kelak. Yuk, semangat jadi pejuang gizi keluarga.
Foto: Sehatq.com
Leave A Comment