Sebagai seorang mahasiswa tentu tak lepas dari namanya belajar, dan belajar identik dengan sosok guru. Akan tetapi guru tak hanya sosok yang berada di ruang kuliah saja, pengalaman juga dapat dijadikan sebagai guru. Seperti pribahasa Minang, “Alam takambang jadi guru” yaitu orang Minang atau umat manusia pada umumnya harus bisa belajar dari segala kejadian dan fenomena yang ada di alam. Umat manusia haruslah dinamis dan bisa menyesuaikan serta mengembangkan dirinya di mana pun ia berada, baik di tanah asal atau pun di tanah rantau. Umat manusia dituntut untuk bisa selaras dengan alam dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Berikut adalah sharing dari seorang mahasiswa saat ia belajar di bangku perkuliahannya.
Pengalaman bak Guru tak Bernyawa
Oleh: Rahmah El Fauziah
Mata kuliah produksi media komunitas adalah mata kuliah yang tujuan utamanya yaitu bagaimana kita mahasiswa bisa belajar menjadi seseorang yang mulanya konsumen media menjadi produsen media sekaligus menjadi penerus dari senior dahulu. untuk membentuk sebuah media komunitas harus dengan tim. Lalu muncullah pertanyaan, “Bagaimana seseorang bisa membuat tim?”. Selain link, skill berkomunikasi juga menjadi salah satu acuan dalam membentuk sebuah tim, Bagaimana seseorang bergaul dengan orang lain (skill). Media komunitas memiliki tujuan dari, untuk dan oleh komunitas itu sendiri.
Tujuan media komunitas lainnya adalah sebagai upaya pemberdayaan masyarakat sekaligus partisipasi dalam pembangunan. Peran media komunitas berfungsi mendorong timbulnya masyarakat cerdas media (media literacy). Membahas mengenai media literasi ini saya jadi ingat mengenai kisah seorang penggiat literasi yaitu Mamang Suherman dari akun youtube-nya. Ia adalah seorang penggiat literasi pesan yang beliau ingat sampai sekarang adalah “ Ubahlah keluargamu menurut ayat yang pertama kali turun yaitu Iqra bacalah dengan pandai karena dengan membaca akan munculnya rezeki”
Selain itu kisah perjuangan beliau menuju sebuah tempat untuk memberikan buku juga mengharukan terlebih lagi di saat waktu-waktu buku-buku itu akan dikirimkan ke sebuah pulau dan dengan an alat transportasi perahu buku-buku tersebut sampai ke daerah itu dan ketika hampir tiba di tepian perahu itu terbalik dan buku-buku tersebut basah serta berjatuhan. Setelah berada di tepi antara warga mengambil buku itu dengan jaring kemudian mereka menyetrikanya lembar demi lembar begitulah perjuangan Maman Suherman dalam upaya menumbuhkan minat baca masyarakat.
Bagi saya pribadi setelah menonton video tersebut saya menjadi berpikir, “ begitu Mulianya beliau, niat beliau untuk masyarakat, Bagaimana dengan kabar ku? apa yang kira-kira menjadi kontribusiku untuk masyarakat ini? negara ini ini? apakah aku akan menjadi Mamang Suherman di suatu saat nanti atau yang lain?”
Begitu juga seorang penggiat literasi lainnya yaitu Khairul Jasmi Beliau berkata Dia pun YouTubenya ada tiga hal yang membentuk kepribadian seseorang yang pertama sekolah, kedua lingkungan dan ketiga rumah tangga. Jika seorang anak yang dibesarkan dilingkungan yang suka membaca. Maka Adapun sedikit banyaknya akan membentuk kepribadian mereka.
Selain itu, dalam upaya peningkatan cerdas media, media komunitas juga bermanfaat bagi pembentukan citra diri dari komunitas tersebut dipandang dari luar. Begitulah kerja dari media komunitas. Dari pengalaman orang lain dapat juga menjadi inspirasi bagi kita. Begitulah yang tergambar dari “Pengalaman bak Guru tak Bernyawa”
Foto: catatansehat.com, pinterest.com
Leave A Comment