LIVE IG #1 Topik : Tanda-Tanda Kekerasan pada Anak
Narasumber : Nila Anggreiny, M.Psi, Psi.
Pertanyaan terkait definisi dan bentuk kekerasan pada anak
- Apa itu kekerasan pada anak?
Kekerasan pada anak adalah suatu tindakan negatif yang sifatnya menyakiti anak, tidak hanya secara fisik, tapi juga emosional dan seksual. Kekerasan pada anak akan memberikan dampak yang buruk pada kondisi anak, menyebabkan anak kehilangan rasa harga diri, dan berpengaruh terhadap perkembangannya.
- Lingkungan seperti apa yang dapat menjadi resiko bagi anak terpapar kekerasan?
Anak dapat terpapar kekerasan secara internal dan eksternal. Secara internal, dilihat dari dirinya sendiri, bagaimana kondisi mental dan perasaan anak dan hal ini akan dipengaruhi oleh eksternalnya, seperti keluarga (terutama orangtua), teman, sekolah, dsb. Lingkungan yang paling berpengaruh adalah keluarga dan orangtua, karena anak menghabiskan banyak waktu bersama mereka dan kemungkinan anak terpapar kekerasan meningkat. Begitu juga yang diluar pengawasan, tidak menutup kemungkinan bagi anak untuk mengalami kekerasan diluar lingkungan keluarganya.
- Apa saja bentuk-bentuk kekerasan yang dapat dialami anak?
Hingga saat ini, kebanyakan orang mengetahui bahwa bentuk kekerasan itu hanya yang terjadi secara fisik. Akan tetapi, sebenarnya ada tiga bentuk kekerasan yang sering ditemui, yaitu kekerasan fisik, emosional, dan seksual (yang kasusnya juga paling banyak). Kekerasan fisik adalah kekerasan yang menimbulkan rasa sakit secara langsung atau fisik kepada anak, seperti memukul dan mencubit. Kekerasan emosional adalah kekerasan yang menyerang secara tidak langsung atau menyerang emosi anak, seperti memaki dan membentak. Kekerasan seksual adalah sebuah kekerasan yang cukup berat dan masih sering terjadi di Indonesia, di mana anak-anak dimanfaatkan sebagai pemenuhan gairah seksual oleh para “predator”.
- Bagaimana dampak dari kekerasan tersebut terhadap perkembangan anak?
Dampak kekerasan pada anak yang secara langsung dapat dilihat adalah hilangnya rasa harga diri pada anak. Setiap kali anak diperlakukan buruk, mereka akan merasa buruk dan tidak melihat diri mereka dengan pandangan yang positif. Kekerasan pada anak juga dapat memberikan dampak jangka panjang, di mana hal ini akan mengganggu terlaksananya tugas-tugas perkembangan anak. Dampak kekerasan untuk anak dibawah 18 tahun akan memberikan pengaruh besar bagi perkembangan anak. Selain itu, anak yang mengalami kekerasan (terutama nya kekerasan seksual), akan berpotensi mengalami PTSD, yang tentunya akan mengganggu anak dalam menyelesaikan tugas perkembangan mereka. Kekerasan pada anak juga berdampak buruk bagi tingkat agresivitas perilaku mereka, yakni terdapat peningkatan kemungkinan anak untuk meniru perilaku pelaku kekerasan dan hal ini akan memengaruhi bagaimana anak bersikap kedepannya.
Pertanyaan mengenai tanda-tanda anak mengalami kekerasan
- Bagaimana cara mengetahui apakah anak pernah mengalami kekerasan sebelumnya? (karena sebagai orangtua dan keluarga, kita tidak 24 jam mengawasi anak)
Identifikasi perubahan perilaku yang tidak biasanya dimunculkan. Apabila anak-anak berperilaku berbeda dari sehari-hari dan hal ini terjadi dalam jangka waktu yang tidak sebentar atau konsisten, maka kemungkinan besar telah terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan pada anak. Identifikasi ini perlu dilihat sedini mungkin untuk mencegah berkembangnya masalah perkembangan lainnya. Oleh karena itu, sebagai orang tua dan keluarga, kita sebaiknya memperhatika setiap perilaku, emosi, dan perilaku yang ditampilkan oleh anak. Tidak hanya itu, jika terdapat perubahan preferensi atau minat pada sesuatu (misalnya: tiba-tiba tidak ingin bermain bersama teman x atau tidak mau ke sekolah), perlu dicurigai bahwa anak mengalami kekerasan atau pengalaman negatif lainnya.
Pertanyaan treatment atau pendekatan pada anak yang mengalami kekerasan.
- Pernahkah Ibu menangani kasus kekerasan pada anak? Bagaimana menanganinya? (opsional)
Kebanyakan kasus yang ditemui oleh Bu Reni adalah kekerasan seksual dan emosional. Dari kasus-kasus tersebut pula, orang tua ditemukan tidak cukup peka untuk memahami perasaan anak dan membiarkan kekerasan tersebut berkembang menjadi trauma. Bu Reni juga bercerita tentang salah satu kasus mengenai kekerasan anak yang dilaporkan oleh orang tua. Pada kasus ini, orang tua tersebut tidak mengetahui bahwa anaknya pernah mengalami kekerasan dan hal ini sudah dipendam oleh anaknya selama satu tahun. Orang tua tersebut sebenarnya sudah melihat adanya perubahan perilaku dan perubahan fisik pada anak, namun mereka menganggapnya sebagai luka luar akibat terjatuh, bukan karena kekerasan. Oleh karena itu, mereka membawa anak tersebut ke dokter dan berakhir kepada rujukan kepada psikolog anak.
- Penanganan profesional seperti apa yang biasanya diberikan kepada anak yang sudah terpapar kekerasan?
Penanganan yang akan diberikan kepada anak disesuaikan dengan bagian yang bermasalah dan kebutuhan anak. Pertamanya akan dilakukan asesmen dan proses selanjutnya dapat dilakukan. Selain itu, untuk menjamin hak anak, para profesional akan bekerja sama dengan pihak di bidang hukum dan menemukan pelaku untuk diberikan hukuman yang sesuai. Kerjasama dengan orang tua juga sangat dibutuhkan, karena orang tua atau pengasuh memegang peranan penting dalam mengawasi perawatan anak untuk sembuh dari trauma.
- Sebagai orangtua atau keluarga terdekat, tindakan seperti apa yang dapat dilakukan untuk membantu memulihkan kondisi psikologis anak yang mengalami kekerasan?
Tindakan terbaik adalah dengan membiarkan anak untuk menjadi lebih terbuka. Dalam menghadapi anak-anak, orang tua atau keluarga perlu memahami karakteristik anak di setiap range umur dan memperlakukan mereka sebaik-baiknya. Jika kita terus memarahi dan memberikan hukuman, anak-anak tidak akan berani untuk terbuka dan melakukan kesalahan menjadi hal yang paling ditakuti. Komunikasikan perasaan satu sama lain untuk bisa saling memahami masalah yang dihadapi. Perlakukan anak sebaik mungkin, pahami keinginannya, dan pahami motif dari setiap perilaku yang dimunculkan.
Apabila anak memperlihatkan konsistensi munculnya perilaku abnormal, para orang tua dan keluarga sebaiknya cepat tanggap dan membawa anak kepada penanganan profesional. Trauma akibat kekerasan akan menimbulkan dampak psikologis yang membekas pada anak, dan jika tidak ditangani dengan segera, aspek psikologis lainnya pada anak juga akan terdampak.
- Pada kegiatan sehari-hari, tidak jarang kita sebagai keluarga terdekat atau mungkin orang tua, menghadapi kenakalan yang dilakukan oleh anak dan tidak jarang juga kita akhirnya terpancing emosi dan secara tidak sadar melakukan kekerasan emosional misalnya. Apa yang harus kita lakukan?
Jika sudah terlanjur melakukan kekerasan, jangan sungkan untuk mengatakan maaf. Sebagai orang tua, memperlihatkan perasaan seperti meminta maaf atau berterima kasih dapat membantu anak untuk lebih terbuka dan bisa mengekspresikan perasaan mereka. Saat ini, masih banyak sekali orang tua yang malu untuk mengatakan maaf kepada anaknya dan tidak jarang, anak akan ikut meniru perilaku yang sama. Dengan meminta maaf, anak tahu bahwa suatu perilaku adalah salah dan mereka dapat belajar lebih banyak.
- Bagaimana cara mengedukasi anak agar bisa memahami mengenai kekerasan?
Berbicara mengenai kekerasan pada anak akan sedikit sulit, mengingat kemampuan kognitif mereka juga belum cukup menjangkau untuk mengerti kompleksitas dari kekerasan. Oleh karena itu, edukasi beberapa hal dasar saja. Misalnya, tentang kekerasan seksual. Edukasi mengenai seks dianggap sebagai hal yang tabu karena masih banyak orang tua menganggap hal ini terlalu vulgar untuk diajarkan kepada anak. Dalam memberikan edukasi seks, yang diajarkan bukanlah bagaimana cara berhubungan, tetapi ajarkan fungsi dari setiap bagian tubuh anak dan beri tahu anak bagaimana cara terbaik untuk menjaga tubuh mereka. Begitu juga dengan materi mengenai kekerasan lainnya, ajarkan anak-anak materi yang ringan dengan cara yang menyenangkan dan nyaman.
Pertanyaan tambahan
- Bagaimana cara membedakan kekerasan dan hukuman?
Hukuman adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi kemungkinan munculnya suatu perilaku. Hukuman dapat diberikan kepada anak berdasarkan kesepakatan bersama dan komunikasi yang baik pada anak. Jika tidak memenuhi syarat tersebut, maka hal ini dianggap menjadi sebuah kekerasan. Selain itu, hukuman biasanya bersifat ringan saja dan tidak berintensi untuk menyakiti.
- Bagaimana cara menghadapi anak yang sangat aktif?
Sebelum memberikan penanganan tertentu, orang tua membutuhkan informasi mengenai standar normal aktivitas anak. Untuk mengetahui apakah anak tergolong aktif atau berlebihan, perlu dilakukan pencarian informasi mengenai tingkat aktivitas normal pada anak di range umur tertentu. Jika sudah mengetahuinya dan anak ditemukan memang memiliki hiperaktivitas yang tidak normal, orang tua perlu berkonsultasi kepada profesional.
- Apakah memukul (tidak keras) pada anak karena nakal juga termasuk kekerasan?
Mengenai hal tersebut, apakah tergolong kekerasan atau tidak indikatornya tergantung pada anak. Apabila sudah dikomunikasikan pada anak dan anak menganggap itu hal yang biasa, maka memukul secara tidak keras tersebut tergolong hukuman. Akan tetapi, jika anak merasa sakit dan terdapat perubahan perilaku setelah dipukul, sebaiknya orang tua mencari alternatif lain terkait hukuman yang diberikan pada anak ketika rewel. Kembali lagi, komunikasi dan kesepakatan dengan anak menjadi hal yang sangat penting bagi hubungan anak dan orang tua.
- Bagaimana cara menghadapi anak yang suka membanting barang-barang?
Tantrum adalah sesuatu yang lumrah ditemukan pada anak-anak dan orang tua harus memahami isu tersebut untuk bisa memahami kebutuhan dan keinginan anak. Akan tetapi, setiap tahap perkembangan anak memiliki frekuensi tantrum yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, sebelum memberikan penanganan, orang tua perlu mencari informasi mengenai seberapa normal tantrum tersebut pada usia anak. Jika masih normal, orangtua perlu mengomunikasikan masalah ini dengan anak dan jika sebaliknya, orang tua sebaiknya menghubungi para profesional.
- Bagaimana cara dealing dengan kekerasan anak di masa pandemi?
Di masa pandemi, kasus kekerasan anak meningkat di Indonesia karena anak dan orang tua menghabiskan banyak waktu bersamaan di rumah. Selain itu, tekanan sosial dan ekonomi menjadi beban yang semakin menyiksa orang tua dan hal ini tidak jarang juga membuat mereka sulit untuk mengontrol diri sendiri. Dampaknya, orang tua akan menjadi sangat sensitif dan memiliki toleransi rendah terhadap perilaku anak yang kurang menyenangkan.
Tidak hanya anak, sebetulnya kondisi emosi orang tua juga harus diperhatikan. Orang tua atau pengasuh memiliki beban dan masalah tertentu yang akan membuat mereka sulit dalam menangani anak karena sensitivitas yang ada. Jika merasa sedang tidak baik secara psikologis/emosi, sebaiknya orang tua atau pengasuh menjaga jarak dahulu dari anak untuk menghindari berbagai resiko buruk yang mungkin terjadi. Terlepas dari hal tersebut, baik kondisi orang tua maupun anak, keduanya adalah hal yang sama pentingnya. Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak menjadi kunci utama membangun hubungan yang sehat dan membantu mencegah terjadinya kekerasan.
Leave A Comment