LIVE IG #2 Topik :
Problematika Orang Tua Milenial: Anak Sekolah Dini atau Sekolah Anak Sedini Mungkin?”
Narasumber : Risanita Fardian Farid, M.Psi, Psi.
Pertanyaan mengenai PAUD secara general
- Apa itu Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD dan diperuntukan untuk range usia berapa?
- PAUD adalah lembaga pendidikan yang bukanlah bagian dari sekolah formal, karena sekolah formal dimulai dari Sekolah Dasar. Pada lembaga pendidikan PAUD/TK/Kelompok Bermain, fokusnya bukanlah pada mempersiapkan anak untuk sekolah, melainkan sebagai tempat untuk menstimulasi dan mempersiapkan anak untuk siap untuk belajar yang sifatnya fun.
- Siap belajar berbeda dengan siap untuk sekolah. Siap untuk belajar berarti menyiapkan anak untuk bisa menerima dan mengikuti rangkaian kegiatan pembelajaran secara optimal. Sebaliknya, siap untuk sekolah merujuk pada kemampuan anak untuk bisa mengikuti pembelajaran formal dan menerima pembelajaran seperti calistung, literasi, dll.
- Bedanya sama TK apa ya?
- PAUD sifatnya lebih fun karena anak difokuskan untuk distimulasi sembari bermain. Aspek yang dikembangkan lebih ke motorik dan sensorik, agar anak bisa menjalankan tugas perkembangan selanjutnya dengan baik. Pada lembaga pendidikan TK, beberapa kegiatan sudah melibatkan kemampuan kognitif ringan, seperti calistung, dll.
- Sebaiknya di usia berapa anak mulai diajak untuk belajar?
- Sebenarnya, belajar adalah sebuah istilah yang luas yang tidak hanya membicarakan tentang pembelajaran formal. Anak sudah belajar sejak lahir, seperti belajar berekspresi, mengangkat kepala, duduk, belajar berjalan, dsb. Belajar adalah proses pembentukan perilaku pada individu yang terjadi sepanjang hidupnya.
- Anak lahir dengan dua aspek, yaitu nature (bawaan yang diberikan oleh Tuhan) dan nurture (lingkungan). Keduanya harus berjalan beriringan, seperti sepatu yang sifatnya saling melengkapi. Anak yang cerdas sejak lahir yang tidak diberikan stimulasi dan dukungan yang cukup dari lingkungann serta kesempatan belajar yang cukup, tidak akan berkembang sesuai yang diharapkan dan berujung sia-sia.
- Usia yang tepat untuk mulai mengajak anak belajar secara formal adalah usia 4-6 tahun. Akan tetapi, harus diingat bahwa anak tidak boleh dipaksa belajar dengan sesuatu yang kompleks atau tidak menarik baginya. Perhatikan apa yang bisa dilakukan anak, kebutuhannya, dan cara atau metode belajar yang dapat diterapkan.
- Berkaitan dengan tema utama kita, banyak orang tua masih belum tahu ttg informasi ini, Mana yang lebih baik, memasukan anak sekolah secepatnya atau menunggu sampai anak benar-benar siap?
- Tidak ada jawaban pasti. Pertimbangkan segala aspek dan kebutuhan anak sebelum memutuskan untuk memasukan anak ke sekolah. Lihat dua sisi:
- Sisi orang tua : Memasukan anak ke sekolah berarti orang tua ikut memegang peranan baru sebagai pendamping dan pengajar bagi anak. Selain harus bekerja, artinya orang tua harus siap memegang peranan tersebut karena peran terpenting dalam tahap perkembangan anak saat sekolah adalah orang tua.
- Sisi Anak : Sebelum masuk sekolah, cari tahu batas kemampuan anak. Cari tahu metode pembelajaran yang paling disukai, kegiatan yang digemari, bidang yang dikuasai. Selain itu, ingat lagi apa tujuan anda memasukan anak ke sekolah. Jika ingin menanamkan cara belajar dengan terapan nilai keagamaan, pilih pesantren, dan lain sebagainya.
- Aspek penting apa saja yang harus dimiliki anak untuk bisa dikatakan siap belajar?
- Kematangan fisik : Jika ada masalah pada aspek tertentu, sebaiknya diselesaikan terlebih dahulu dengan para profesional, agar di PAUD anak dapat menyesuaikannya dengan anak reguler.
- Kematangan motorik (kasar dan halus) : Sebaiknya, orang tua harus aware dengan isu ini sejak anak lahir. Lihat dan amati bagaimana refleks, cara anak memegang sesuatu, dll. Untuk mengembangkan aspek ini, orang tua perlu melakukan stimulasi di setiap tahap perkembangan awal kehidupan anak.
- Kematangan berbahasa : Tidak hanya artikulasi atau speaking, tetapi juga bagaimana anak meinginterpretasi dan memahami isi percakapan dari lawan bicaranya.
- Kematangan sosial-emosional : Kemampuan ini dapat muncul mengikuti ketiga kemampuan diatas.
- Seberapa pentingkah bagi orang tua memasukkan anak-anaknya ke PAUD?
- Tergantung tujuan orang tua dan kebutuhan anak. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa anak yang terstimulasi secara tepat akan memberikan outcome yang lebih baik. Selain itu, kemampuan anak juga akan terlatih dan anak memiliki kesempatan belajar yang cukup.
Pertanyaan mengenai PAUD di masa pandemi
- Apa yang harus dipertimbangkan oleh orang tua milenial sebelum memasukan anak ke PAUD di masa pandemi ini?
- Pastinya adalah soal peran dan biaya. Orang tua milenial harus siap dengan segala konsekuensi belajar secara virtual dan siap mendampingi anak dalam belajar. Selain itu, orang tua harus aktif mencari informasi mengenai cara mendampingi anak, tugas perkembangan dan kemampuan-kemampuan anak. Orang tua juga harus siap dalam memfasilitasi biaya dan platform yang dibutuhkan anak untuk belajar di PAUD secara virtual.
- Bagaimana cara mendampingi anak untuk siap belajar?
- Amati setiap perkembangan yang ditampilkan anak dan menjadi pendamping utama bagi anak.
- Cari tahu metode dan pendekatan terbaik yang cocok dengan kebutuhan dan kemampuan anak.
Pertanyaan tambahan :
- Anak saya mengalami speech delay dan setelah berkonsultasi ke psikolog, mereka meminta anak saya untuk masuk ke kelompok bermain, apakah tidak apa-apa?
- Jika anak diketahui memiliki masalah tertentu, sebaiknya diselesaikan terlebih dahulu. Apabila sudah pergi ke profesional/psikolog dan diberikan saran seperti yang sudah diceritakan, alangkah lebih baiknya kita mengikuti saran tersebut. Terutama, psikolog memberikan saran berdasarkan asesmen, sehingga mereka tahu kebutuhan anak tersebut. Tentunya, orang tua perlu mendampingi anak dan melihat setiap perkembangan yang ditampilkan oleh anak. Apabila sudah membaik, anak dapat bergabung dengan anak-anak reguler lainnya di sekolah dan bila belum, konsultasikan kembali ke profesional.
- Bagaimana cara memilih TK atau sekolah yang tepat untuk anak?
- Orang tua melakukan sebaiknya survei langsung. Informasi yang disebarkan dari bibir ke bibir belum tentu valid, karena apa yang cocok pada anak lain belum tentu cocok diterapkan pada anak kita. Oleh karena itu, hal terpenting adalah mengingat kembali tujuan anak untuk bersekolah dan kebutuhan serta metode apa yang cocok diterapkan untuk anak. Kumpulkan segala informasi tentang anak dan sekolah, lalu lakukan pencocokan.
- Pastikan sudah punya visi atau tujuan sebelum menyekolahkan anak. Sepakati dan komunikasikan dengan anak, apa yang mereka inginkan, kemudian sesuaikan dengan tujuan basis sekolah yang ingin dituju (religius, mengutamakan penanaman karakter, sains/teknologi). Tetapkan tujuan dan pengalaman apa yang diterima anak di sekolahnya nanti.
- Perhatikan jumlah siswa dan bagaimana sekolah menghandle anak-anak. Jumlah siswa yang terlalu banyak akan mengurangi keefektivitasan anak dalam belajar. Akan tetapi, kembali lagi, sesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan anak.
- Pahami pendekatan atau metode belajar yang cocok diterapkan pada anak. Misalnya, montessori, pendekatan fitrah education, dll.
- Penting sekali memilih sekolah dan pendekatan yang tepat bagi anak, karena dari hal tersebutlah dapat muncul impresi menyenangkan dari belajar, yang akan membuat anak senang dan nyaman untuk terus belajar.
- Apakah masuk TK di usia 6 dan SD di usia 7 termasuk normal?
- Normal, rata-rata anak memang memasuki pendidikan normal di range usia 6-7 tahun. Akan tetapi, jangan lupakan untuk memahami kemampuan anak, karena ada anak yang gifted dan bisa memulai sekolah lebih cepat atau bahkan ada anak yang sedikit lambat dalam proses pembelajaran.
- Bagaimana cara memulai stimulasi anak sejak dini?
- Dalam memberikan stimulasi, tidak perlu menggunakan alat-alat yang mahal atau susah untuk dicari. Cukup dengan hal sederhana yang ada di dekat kita, dengan sedikit kreativitas, sesuatu hal seperti tisu atau kertas bisa menjadi stimulator bagi anak. Misalnya, mengajarkan anak untuk membuat bola-bola kertas, merobek tisu.
- Disini, orang tua berperan sebagai observer atau pengamat. Cermati bagaimana anak memegang benda, merobek, atau melakukan aktivitas motorik lainnya. Apabila terlihat baik-baik saja, kemungkinan besar anak sudah memiliki kemampuan motorik yang mumpuni. Akan tetapi, apabila gerakan yang diperlihatkan terlihat berbeda, sebaiknya konsultasikan dengan profesional. Berkaitan dengan hal ini, sangat penting bagi orang tua atau keluarga terdekat untuk mengumpulkan informasi terkait tolok ukur setiap aspek perkembangan pada tahap perkembangan tertentu.
- Sangat mudah bagi orang tua milenial saat ini untuk mengakses informasi di internet. Usahakan untuk mengumpulkan berbagai informasi terpercaya agar anak dapat tumbuh dengan optimal. Berikut beberapa pedoman aktivitas stimulasi anak usia dini yang dapat diakses secara online:
- Buku KIA
- Aplikasi Primaku
- KTSP PAUD dari direktorat anak usia dini, dll.
- Lalu, bagaimana cara memulainya? Mulailah dengan hal-hal sederhana dan sesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Meskipun hanya melakukan aktivitas sederhana, setidaknya anak tetap terstimulasi karena dengan sedikit aktivitas sederhana seperti membentuk bola kertas (untuk anak 2 tahun), tetap berarti penting karena hal ini membutuhkan koordinasi motorik yang kompleks.
- Bagaimana kondisi pembelajaran di PAUD di masa pandemi ini?
- Pastinya sedikit sulit karena anak akan belajar secara virtual dan melanggar jadwal screen time anak. Selain itu, pengajar akan kesulitan dalam mengawasi anak sehingga orang tua akan memegang peranan terpenting dalam proses belajar anak.
- Berkaitan dengan screen time anak, apabila terdapat kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dengan metode konvensional, dahulukan cara konvensional tersebut. Berikan gadget ketika anak diberikan tugas-tugas seperti menonton video atau mengikuti kelas. Saat menggunakan gadget atau mengikuti kelas, orang tua harus mendampingi anak agar anak tetap terjaga fokusnya dan belajar dengan baik. Ingat kembali, bahwa fokus belajar di PAUD selama pandemi bukanlah screen time, tetapi stimulasi dan pembelajaran yang diserap oleh anak. Kolaborasi antara orang tua dan pengajar menjadi kunci pembelajaran yang efektif.
Leave A Comment