Untuk pematauan, bayi 0 sampai 1 tahun, kita melakukan pemantauan sekali sebulan. Tapi untuk usia diatasnya 2 atau 3 tahun, bisa 2 perbulan atau 3 perbulan. Kalau misalnya untuk anak sekolah bisa 1 per-enam bulan. Maka dalam sekolah di dalam raport anak disertakan berat badan dan tinggi badan anak.

Kalau pemantauan anak itu relatif, kalau misalkan ayah bunda berkunjung ke Posyandu, Puskesmas itu pasti gratis. Tapi kalau misalnya berkunjung di fasilitas lain, ada juga ditanggung di BPJS, ada juga yang berbayar, kalaupun berbayar itupun tidak terlalu mahal, tapi yang paling penting adalah bagaimana orang tua “ngeh” atau harus waspada atau harus punya awareness yang tinggi untuk menilai itu semua. Karena kalau misalnya nggak dinilai tentu kita tidak tau berat badannya bermasalah.

Kalau misalnya kita nggak memantau, nah kita kaitkan dengan Stunting. Stunting itu dia pendek karena masalah gizi, masalah gizi tidak terjadi dalam 1 atau 2 bulan, tapi lama dan panjang sekali. Biasanya akan diawali saat bayi baru lahir, kemudian bulan depan di cek tapi ternyata ibunya nggak nge-cek. Seharusnya berat badannya naik 6 ons tapi cuman naik setengahnya yang dinamakan “growth faltering “ atau perlamatan pertumbuhan.

Jadi grafiknya nggak naik dengan baik, nah akibatnya apa? growth faltering yang lama-lama melandai grafiknya. Kalau sudah melandai makan akan jadi datar dan turun. Akhirnya itu yang mengakibatkan tinggi badan anak akan terpengaruh pada akhirnya. Berat badan yang tidak naik-naik itu menandakan status gizinya bermasalah, kalau status gizinya bermasalah dalam jangka waktu yang lama akan ber-efek pada pertumbuhan tulang, akhirnya tinggi badannya bermasalah.

Orang tua bisa kok memantau sendiri, nggak harus memikirkan biayanya dulu. Misalnya ada buku KIA, di dalam buku KIA itu ada grafiknya. Punya handphone? instal aplikasi PrimaKu, disitu bisa diinstal kemudian kita masukkan data-datanya. Cuma mungkin untuk menimbang, kita tidak bisa melakukan menimbang sendiri, untuk pengukuran panjang badan juga sulit sendiri. Tidak bisa kita mengukur menggunakan meteran kain atau ubin, misalnya kita baringkan bayi trus kita ukur, nah itu tidak akurat. Atau lingkar kepala, kalau tidak benar posisinya bisa salah ukur. Jadi sebaiknya para orang tua melakukan pemantauan pertumbuhan bersama tenaga kesehatan.

Kalau tidak memantau? maka akan mengakibatkan luput kalau ada masalah, misalnya “waduh ternyata sudah Stunting“ kalau anak sudah terlanjur. Stunting maka sebetulnya kecerdasan anak terpengaruh, IQ-nya sudah turun beberapa poin dari kemampuan optimalnya. Terus belum lagi, kalau misalnya anak bermasalah gizi dalam jangka waktu yang cukup panjang, berarti pola makannya bermasalah dalam waktu yang lama, mengubah pola itu tidak gampang.

Misalnya, ada orang makan yang tidak teratur dan teratur, apakah kebiasaan makan teratur itu diciptakan dalam waktu sehari dua hari? tidak kan. Pasti itu lama, lama untuk membiasakannya. Sehingga pada anak-anak yang bermasalah gizi, masalah berat badan, biasaya juga disertakan dengan masalah pola makan. Sehingga semakin lama masalah pola makan terjadi, akan semakin besar juga tantangan orang tua untuk memperbaiki pola makan itu. Kenapa? karena, “sudah lama pola makannya berantakan“ anggap aja begitu. Makannya tidak teratur, terus makannya milihnya sembarangan.

Nah untuk mengubah kembali ke jalan yang benar gimana? untuk itu kita harus bentuk ulang, kalau misalnya anak kita pantau teratur, ketahuan nih “duh berat badannya naik sekian, ternyata kurang sedikit “ nah itu bisa langsung di cek, atur jadwal dan sebagainya. Lebih cepat didektesi, lebih cepat solusinya bisa kita terapkan. Tapi kalau lebih lama, berarti kita bisa membentuk ulang kebiasaan anak itu cukup lama juga dan butuh waktu, belum lagi tantangannya juga besar.

 

Ada nggak pengaruh dari gen? ada, tapi pengaruhnya 20 %, kecil ya dibandingkan asupan nutrisi. Terus kok kurus itu biasanya ada Mitokondria yang diturunkan dari ibunya, itu mempengaruhi untuk metabolisme dari seseorang, sehingga proses metabolisme yang mempengaruhi. Misalnya metabolismenya tinggi, sehingga pembakarannya lebih besar, sehingga dia lebih sulit untuk bertambah berat badannya. Tetapi yang harus diangkat, untuk bisa bekerjanya suatu gen itu butuh ransangan untuk stimulasi, nah itulah yang dipengaruhi oleh makanan.

Artinya, meskipun sudah ada genetik bukan berarti kita harus pasrah, lagian untuk berpotensinya suatu genetik, itu butuh stimulasi lingkungan. Contohnya, genetiknya mungkin tinggi, orang tuanya tinggi dua-duanya misalnya, tapi anaknya tidak dibekali dengan asupan gizi yang baik sejak dari kandungan. Kira-kira, bisa nggak mencapai potensi genetik yang optimal? tidak. Mungkin kita berpikirnya genetik itu penting, hanya saja dia tumbuh dan berkembang secara optimal tentu butuh dari lingkungan, support dari lingkungan. Apakah itu berupa makanan yang sehat, kemudian istirahat yang cukup, kemudian olahraga yang cukup.