Deteksi Dini dan Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak

Oleh : dr. Amalia Nasar, Sp. A, M. Biomed

Editor : Rahmah El Fauziah

Masyarakat masih banyak yang belum memahami makna sesungguhnya dari kata “tumbuh kembang” meski antara kata “tumbuh ” dan “kembang” seiringan. Namun, adanya masalah pertumbuhan anak ditandai apabila anak mengalami ketidaknaikan berat atau tinggi badan, sementara usia anak makin bertambah.
Hal ini erat kaitannya dengan asupan nutrisi yang diperoleh anak sejak dalam masa kandungan hingga usia 2 tahun yang disebut sebagai 1000 hari pertama kehidupan.
Pada rentang usia ini disebut “Periode Kritis” yang berarti pada masa ini anak-anak lebih sensitive terhadap rangsangan dari lingkungan jika dibandingkan dengan periode lainnya.
Maka akan menjadi kurang tepat dan optimal jika ajak diberi paparan “smarrphone” dan berbagai sumber “screen time” lain yang juga turut berperan terhadap timbulnya berbagai gangguan perkembangan anak.
Apabila dalam periode ini terdapat gangguan nutrisi atau stimulasi, maka anak dapat mengalami gangguan tumbuh kembang yang sifatnya permanen dan irreversible. Tidak hanya aspek medis, ternyata pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal juga turut menyentuh sisi psikologis pola asuh dalam keluarga.
Selain kebutuhan fisik dan biomedis anak yang diberikan lewat pola asuh, dan anak juga butuh pemenuhan atas kebutihan emosi dan kasih sayang, serta kebutuhan untuk menstimulasi mental mereka yang nantinya akan menjadi cikal bakal bagi anak dalam proses belajar di masa depan. Untuk dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal, orangtua dianjurkan untuk berkonsultasi dan mendeteksi secara dini tumbuh kembang anak, agar orang tua tahu apakah berkembangan anak sesuai atau tidak dengan tahap perkembangan seharusnya. Melalui deteksi dini, sekitar 70-80% kasus gangguan perkembangan serta gangguan mental emosional pada anak seperti autism syndrome disorder, down syndrome, cerebral palsy, ADHD (attention deficit hyper activity disorder) dll dapat di indentifikasi dengan cepat.