Pembahasan Seputar Tantrum (1)
Oleh : Mai Tiza Husna, M.Psi., PsikologEditor : Rahmah El Fauziah
- Tantrum merupakan ekspresi emosi yang meledak-ledak dan agresif atau ekstrem
- Bentuk perilaku
menyakiti diri sendiri (menangis, membenturkan badan, berteriak, berguling-guling, memukul, dll)
Menyakiti orang lain (mencakar, melempar barang, memukul orang lain, menendang, dll)
- Tantrum terjadi pada anak usia 15 bulan – 6 tahun
- Tantrum adalah masalah perilaku yang paling umum terjadi pada anak, lebih dari sebagian anak dari populasi melakukannya (<50%)
- Tantrum termasuk ke dalam salah satu ciri perkembangan anak, sehingga akan berlalu seiring berjalannnya waktu
- Selayaknya proses perkembangan, jika tantrum berhasil diatasi dengan baik maka akan meningkatkan kemampuan regulasi emosi anak, namun jika gagal maka tantrum akan terus berlanjut karena anak tidak mampu meregulasi diri dan emosinya
- Maka dibutuhkannya respon yang tepat dari orang tua
1. Lapar? Lelah? Bosan? Sakit?
Kendala komunikasi, anak masih belum bisa mengekspresikan apa yang dirasakannya dengan tepat dan baik sehingga frustasi karena orang tua tidak memahaminya.
2. Apakah anak merasa diabaikan?
Tantrum muncul saat orang tua sibuk karena anak merasa tidak diperhatikan. Semakin anak memunculkan perilaku yang tidak baik, semakin ia membutuhkan perhatian dan kasih sayang orang tuanya
3. Apakah ada hal yang tidak bisa dilakukannya?
Anak berada pada tahap perkembangan autonomy vs shame & doubt, merasa bisa melakukan sesuatu dengan mudah maka apabila ia menghadapi kegagalan muncullah perasaan frustasi pada anak
4. Apakakh ada keinginannya yang tidak terpenuhi?
Anak usia prasekolah masih bersifat egosentris (dunia berputar di sekitarnya) sehingga semua keinginannya harus terpenuhi
5. Apakah orang tua terlalu mengekang atau terlalu longgar?
Pola asuh mempengaruhi perilaku tantrum dan ekspresi emosi anak. Aturan yang tidak konsisten juga bisa menjadi penyebab tantrum
Leave A Comment