Penyebab Pemberontakkan pada Remaja (1)

Klinik My Lovely Child (MLC)

Editor : Rahmah El Fauziah

Frustasi

Frustasi dapat menjadi penyebab pemberontakan pada masa remaja karena remaja sering mengalami perubahan fisik, emosional, dan sosial yang signifikan. Perasaan terbatas pada remaja oleh pembatasan, aturan, atau harapan yang diberlakukan oleh orang dewasa atau masyarakat. Ketidakcocokan antara keinginan, kebutuhan, dan harapan pribadi dengan realitas yang mereka hadapi dapat menciptakan ketegangan dan ketidakpuasan.

Frustasi ini dapat melahirkan rasa tidak adil, ketidaksetaraan, atau rasa tidak dipahami, yang kemudian mendorong remaja untuk bereaksi dengan perilaku pemberontakan. Pemberontakan bisa menjadi cara bagi mereka untuk mengekspresikan keinginan untuk merdeka, membangun identitas mereka sendiri, atau mencari pengakuan terhadap pandangan atau nilai-nilai mereka. Frustrasi juga dapat memunculkan rasa ketidakpuasan terhadap sistem yang ada, mendorong remaja untuk mencari perubahan atau mencoba mengatasi ketidakadilan yang mereka rasakan.

 

Hinaan

Hinaan dapat menjadi penyebab pemberontakan pada masa remaja karena mereka dapat merusak harga diri dan kesejahteraan emosional remaja. Hinaan baik dari teman sebaya, keluarga, atau bahkan media sosial dapat menyebabkan perasaan malu, rendah diri, dan kemarahan pada remaja. Ketika mereka merasa tidak dihargai atau diremehkan, remaja mungkin merespons dengan perilaku pemberontakan sebagai upaya untuk membuktikan diri, mengambil kendali atas situasi, atau mendapatkan pengakuan.

Pemberontakan dapat berfungsi sebagai mekanisme perlindungan diri dan cara untuk melawan balik terhadap hinaan yang mereka terima. Selain itu, remaja mungkin juga menggunakan perilaku pemberontakan sebagai alat untuk mencari perhatian, dukungan, atau validasi dari orang lain. Hinaan yang berulang dapat mempengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan emosional remaja, dan pemberontakan dapat menjadi cara bagi mereka untuk mengekspresikan ketidakpuasan, menghadapi perlakuan tidak adil, atau mencoba membangun kembali rasa harga diri yang terpengaruh.

 

Depresi

Depresi dapat menjadi penyebab lainnya terjadi pemberontakan pada masa remaja. Remaja yang mengalami depresi seringkali merasakan perasaan sedih yang mendalam, kehilangan minat atau motivasi, perubahan pola tidur dan makan, serta merasa putus asa atau tidak berarti. Depresi dapat menciptakan rasa ketidakpuasan, kebingungan, dan ketidakmampuan untuk mengatasi tekanan dan tuntutan kehidupan sehari-hari.

Remaja yang depresi akan merasa terisolasi atau tidak dipahami oleh orang lain, termasuk teman sebaya bahkan keluarga. Pada beberapa kasus, remaja dengan depresi dapat merespons dengan perilaku pemberontakan sebagai cara untuk mencari perhatian, mencoba menghilangkan rasa sakit atau kekosongan yang mereka rasakan, atau mengungkapkan ketidakpuasan dengan kehidupan mereka. Pemberontakan dapat menjadi upaya mereka untuk mengatasi perasaan negatif dan mencari kenyamanan atau pengakuan.