Sejak dilaksanakan serentak di 26 provinsi di Indonesia pada Senin (9/1) lalu, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Program ini dijalankan melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tersebar di 190 titik di berbagai daerah.

MBG menargetkan siswa dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat. Dengan penyediaan makanan bergizi secara rutin, program ini berkontribusi pada peningkatan kemampuan berpikir siswa.

Makanan yang disediakan dalam program ini mengandung beragam zat gizi yang seimbang, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Gizi yang baik berperan penting dalam menjaga kesehatan fisik, meningkatkan konsentrasi, serta mendukung keseimbangan emosi. Asupan nutrisi yang cukup juga memastikan suplai darah ke otak tetap optimal, sehingga mendukung daya ingat dan kemampuan belajar siswa.

Secara lebih spesifik, kandungan gizi dalam makanan MBG diharapkan mencakup protein, zat besi, vitamin B1, folat, riboflavin, dan vitamin C. Protein berperan dalam produksi neurotransmiter, zat penting untuk komunikasi antar sel saraf. Sumber protein hewani seperti ayam, telur, daging, dan ikan, serta protein nabati seperti tahu dan tempe, menjadi bagian dari menu MBG.

Zat besi juga menjadi komponen penting dalam perkembangan otak karena berperan dalam produksi mielin dan sintesis neurotransmiter. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia defisiensi besi, yang berdampak pada berkurangnya fokus dan daya ingat siswa. Berdasarkan data, 1 dari 4 remaja putri mengalami anemia defisiensi besi, menjadikannya salah satu tantangan dalam triple burden malnutrition di Indonesia. Makanan yang kaya zat besi meliputi hati ayam atau sapi, daging merah, unggas, seafood, sayuran hijau seperti bayam dan brokoli, serta kacang-kacangan dan biji-bijian.

Selain itu, vitamin B1, folat, riboflavin, dan vitamin C juga berperan dalam meningkatkan fungsi kognitif, sementara vitamin E memiliki efek protektif terhadap penurunan fungsi otak. Oleh karena itu, menu dalam program MBG harus memperhatikan komposisi yang memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) agar manfaatnya lebih optimal.

Gizi yang cukup dan seimbang merupakan aspek krusial dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui program MBG, siswa diharapkan semakin memahami pentingnya pola makan sehat dan bergizi untuk membangun generasi penerus bangsa yang kuat dan tangguh. Program ini juga sejalan dengan tema Hari Gizi Nasional (HGN) tahun ini, yakni “Pilih Makanan Bergizi untuk Keluarga Sehat”.

Dengan keberlanjutan dan pengawasan yang baik, MBG dapat menjadi investasi jangka panjang dalam mewujudkan generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045.

Zuhrah Taufiqa, Dosen Fakultas Kedokteran UNP

Sejak dilaksanakan serentak di 26 provinsi di Indonesia pada Senin (9/1) lalu, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Program ini dijalankan melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tersebar di 190 titik di berbagai daerah.

MBG menargetkan siswa dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat. Dengan penyediaan makanan bergizi secara rutin, program ini berkontribusi pada peningkatan kemampuan berpikir siswa.

Makanan yang disediakan dalam program ini mengandung beragam zat gizi yang seimbang, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Gizi yang baik berperan penting dalam menjaga kesehatan fisik, meningkatkan konsentrasi, serta mendukung keseimbangan emosi. Asupan nutrisi yang cukup juga memastikan suplai darah ke otak tetap optimal, sehingga mendukung daya ingat dan kemampuan belajar siswa.

Secara lebih spesifik, kandungan gizi dalam makanan MBG diharapkan mencakup protein, zat besi, vitamin B1, folat, riboflavin, dan vitamin C. Protein berperan dalam produksi neurotransmiter, zat penting untuk komunikasi antar sel saraf. Sumber protein hewani seperti ayam, telur, daging, dan ikan, serta protein nabati seperti tahu dan tempe, menjadi bagian dari menu MBG.

Zat besi juga menjadi komponen penting dalam perkembangan otak karena berperan dalam produksi mielin dan sintesis neurotransmiter. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia defisiensi besi, yang berdampak pada berkurangnya fokus dan daya ingat siswa. Berdasarkan data, 1 dari 4 remaja putri mengalami anemia defisiensi besi, menjadikannya salah satu tantangan dalam triple burden malnutrition di Indonesia. Makanan yang kaya zat besi meliputi hati ayam atau sapi, daging merah, unggas, seafood, sayuran hijau seperti bayam dan brokoli, serta kacang-kacangan dan biji-bijian.

Selain itu, vitamin B1, folat, riboflavin, dan vitamin C juga berperan dalam meningkatkan fungsi kognitif, sementara vitamin E memiliki efek protektif terhadap penurunan fungsi otak. Oleh karena itu, menu dalam program MBG harus memperhatikan komposisi yang memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) agar manfaatnya lebih optimal.

Gizi yang cukup dan seimbang merupakan aspek krusial dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui program MBG, siswa diharapkan semakin memahami pentingnya pola makan sehat dan bergizi untuk membangun generasi penerus bangsa yang kuat dan tangguh. Program ini juga sejalan dengan tema Hari Gizi Nasional (HGN) tahun ini, yakni “Pilih Makanan Bergizi untuk Keluarga Sehat”.

Dengan keberlanjutan dan pengawasan yang baik, MBG dapat menjadi investasi jangka panjang dalam mewujudkan generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045.

Zuhrah Taufiqa, Dosen Fakultas Kedokteran UNP